Senin, 12 Oktober 2015

Keindahan Hutan Kalimantan | The Beauty Jungle Borneo Indonesia

keindahan hutan kalimantan - Kalimantan atau Borneo (toponim: Kalamantan,[1] Calémantan[2][3], Kalémantan[4], Kelamantan, Kilamantan, Klamantan, Klémantan, K'lemantan, Quallamontan[5]) adalah pulau terbesar ketiga di dunia yang terletak di sebelah utara Pulau Jawa dan di sebelah barat Pulau Sulawesi. Pulau Kalimantan dibagi menjadi wilayah Brunei, Indonesia (dua per tiga) dan Malaysia (sepertiga). Pulau Kalimantan terkenal dengan julukan "Pulau Seribu Sungai" karena banyaknya sungai yang mengalir di pulau ini.



Pada zaman dahulu, Borneo -- yang berasal dari nama kesultanan Brunei -- adalah nama yang dipakai oleh kolonial Inggris dan Belanda untuk menyebut pulau ini secara keseluruhan, sedangkan Kalimantan adalah nama yang digunakan oleh penduduk kawasan timur pulau ini yang sekarang termasuk wilayah Indonesia.[6][7] Wilayah utara pulau ini (Sabah, Brunei, Sarawak) untuk Malaysia dan Brunei Darussalam. Sementara untuk Indonesia wilayah Kalimantan Utara, adalah provinsi Kalimantan Utara.

Dalam arti luas "Kalimantan" meliputi seluruh pulau yang juga disebut dengan Borneo, sedangkan dalam arti sempit Kalimantan hanya mengacu pada wilayah Indonesia.

Borneo (/ˈbɔrnioʊ/; Indonesian: Kalimantan, Malay: Borneo) is the third-largest island in the world and the largest island in Asia.[1] At the geographic center of Maritime Southeast Asia, in relation to major Indonesian islands, it is located north of Java, west of Sulawesi, and east of Sumatra.


The island is divided among three countries: Malaysia and Brunei in the north, and Indonesia to the south. Approximately 73% of the island is Indonesian territory. In the north, the East Malaysian states of Sabah and Sarawak make up about 26% of the island. Additionally, the Malaysian federal territory of Labuan is situated on a small island just off the coast of Borneo. The sovereign state of Brunei, located on the north coast, comprises about 1% of Borneo's land area. Antipodal to an area of Amazon rainforest, Borneo is itself home to one of the oldest rainforests in the world

Keindahan gunung bromo | The beauty of Mount Bromo in East Java in Indonesia

Keindahan Gunung Bromo Jawa Timur - Gunung Bromo (dari bahasa Sanskerta: Brahma, salah seorang Dewa Utama dalam agama Hindu), adalah sebuah gunung berapi aktif di Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2.329 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah kabupaten, yakni Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Malang. Gunung Bromo terkenal sebagai obyek wisata utama di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif. Gunung Bromo termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.


Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.


Mount Bromo (Indonesian: Gunung Bromo), is an active volcano and part of the Tengger massif, in East Java, Indonesia. At 2,329 metres (7,641 ft) it is not the highest peak of the massif, but is the most well known. The massif area is one of the most visited tourist attractions in East Java, Indonesia.
 











The volcano belongs to the Bromo Tengger Semeru National Park. The name of Bromo derived from Javanese pronunciation of Brahma, the Hindu creator god. Sulfur is collected from inside the caldera by workers.


Mount Bromo sits in the middle of a vast plain called the "Sea of Sand" (Javanese: Segara Wedi or Indonesian: Lautan Pasir), a protected nature reserve since 1919. The typical way to visit Mount Bromo is from the nearby mountain village of Cemoro Lawang. From there it is possible to walk to the volcano in about 45 minutes, but it is also possible to take an organised jeep tour, which includes a stop at the viewpoint on Mount Penanjakan (2,770 m or 9,088 ft) (Indonesian: Gunung Penanjakan). The viewpoint on Mount Penanjakan can also be reached on foot in about two hours.

Depending on the degree of volcanic activity, the Indonesian Centre for Volcanology and Disaster Hazard Mitigation sometimes issues warnings against visiting Mount Bromo.

Keindahan Wakatobi Sulawesi | The beauty of Wakatobi Sulawesi Indonesia

Keindahan wakatobi di indonesia - Taman Nasional Wakatobi merupakan salah satu dari 50 taman nasoinal di Indonesia, yang terletak di kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Taman nasional ini ditetapkan pada tahun 2002, dengan total area 1,39 juta ha, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang; yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia. Kedalaman air di taman nasional ini bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter di bawah permukaan air laut.
Wakatobi National Park is a marine national park, south of Sulawesi island of Indonesia. The name of Wakatobi is an acronym of the four main Tukangbesi Islands: Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, and Binongko.[1] Since 2005 the park is listed as a tentative World Heritage Site.







candi borobudur di jawa tengah | Borobudur temple in Central Java

Keindahan Borobudur di Indonesia - Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia,[1][2] sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.[3]


Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[4] Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.[3] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[5] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[6] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[3]

Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan

Borobudur, or Barabudur, is a 9th-century Mahayana Buddhist Temple in Magelang, Central Java, Indonesia. The monument consists of nine stacked platforms, six square and three circular, topped by a central dome. The temple is decorated with 2,672 relief panels and 504 Buddha statues. The central dome is surrounded by 72 Buddha statues, each seated inside a perforated stupa.[1] It is the world’s largest Buddhist temple,[2][3] as well as one of the greatest Buddhist monuments in the world.[4]





Built in the 9th century during the reign of the Sailendra Dynasty, the temple was designed in Javanese Buddhist architecture, which blends the Indonesian indigenous cult of ancestor worship and the Buddhist concept of attaining Nirvana.[4] The temple also demonstrates the influences of Gupta art that reflects India's influence on the region, yet there are enough indigenous scenes and elements incorporated to make Borobudur uniquely Indonesian.[5][6] The monument is both a shrine to the Lord Buddha and a place for Buddhist pilgrimage. The journey for pilgrims begins at the base of the monument and follows a path around the monument and ascends to the top through three levels symbolic of Buddhist cosmology: Kāmadhātu (the world of desire), Rupadhatu (the world of forms) and Arupadhatu (the world of formlessness). The monument guides pilgrims through an extensive system of stairways and corridors with 1,460 narrative relief panels on the walls and the balustrades. Borobudur has the largest and most complete ensemble of Buddhist reliefs in the world.[4]


Evidence suggests Borobudur was constructed in the 9th century and abandoned following the 14th-century decline of Hindu kingdoms in Java and the Javanese conversion to Islam.[7] Worldwide knowledge of its existence was sparked in 1814 by Sir Thomas Stamford Raffles, then the British ruler of Java, who was advised of its location by native Indonesians. Borobudur has since been preserved through several restorations. The largest restoration project was undertaken between 1975 and 1982 by the Indonesian government and UNESCO, following which the monument was listed as a UNESCO World Heritage Site.[4]

Borobudur is still used for pilgrimage; once a year, Buddhists in Indonesia celebrate Vesak at the monument, and Borobudur is Indonesia's single most visited tourist attraction.

Pantai indah di Bali - Bali Beach

Pantai Indah di Bali - Bali adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kota provinsi ini adalah Denpasar. Bali juga merupakan nama dari pulau utama di wilayah ini.
 

Di awal kemerdekaan Indonesia, pulau ini termasuk dalam Provinsi Sunda Kecil[3][4]. yang beribukota di Singaraja, dan kini terbagi menjadi 3 provinsi: Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusa Ceningan dan Pulau Serangan.

Secara geografis, Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Mayoritas penduduk Bali adalah pemeluk agama Hindu. Di dunia, Bali terkenal sebagai tujuan pariwisata dengan keunikan berbagai hasil seni-budayanya, khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia. Bali juga dikenal dengan julukan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura.

Bali is an island and province of Indonesia. The province includes the island of Bali and a few smaller neighbouring islands, notably Nusa Penida, Nusa Lembongan, and Nusa Ceningan. It is located at the westernmost end of the Lesser Sunda Islands, between Java to the west and Lombok to the east. Its capital of Denpasar is located at the southern part of the island.

With a population of 3,890,757 in the 2010 census,[4] and currently 4,225,000 as of January 2014,[5] the island is home to most of Indonesia's Hindu minority. According to the 2010 Census, 83.5% of Bali's population adhered to Balinese Hinduism,[3] followed by 13.4% Muslim, Christianity at 2.5%, and Buddhism 0.5%.

Bali is a popular tourist destination[6] and is renowned for its highly developed arts, including traditional and modern dance, sculpture, painting, leather, metalworking, and music. The Indonesian International Film Festival is held every year in Bali. Since the late 20th century, the province has had a rise in tourism.

Bali is part of the Coral Triangle, the area with the highest biodiversity of marine species. In this area alone over 500 reef building coral species can be found. For comparison, this is about 7 times as many as in the entire Caribbean.[7] There is a wide range of dive sites with high quality reefs, all with their own specific attractions.[8] Many sites can have strong currents and swell, so diving without a knowledgeable guide is inadvisable. Most recently, Bali was the host of the 2011 ASEAN Summit, 2013 APEC and Miss World 2013.